GoTo Group, hasil penggabungan dua unicorn lokal Gojek dan Tokopedia, tengah bersiap melakukan langkah strategis untuk menyukseskan rencana merger dengan Grab. Salah satu langkah krusial yang kini menjadi sorotan adalah rencana divestasi unit bisnis finansial milik GoTo. Keputusan ini diambil untuk menyesuaikan valuasi dan struktur modal, sekaligus memenuhi persyaratan regulasi antimonopoli. Divestasi unit finansial dipandang sebagai kunci agar proses merger dapat berjalan lancar tanpa hambatan dari otoritas pengawas persaingan usaha dan regulator keuangan. Artikel ini akan mengupas latar belakang keputusan, rincian unit finansial yang akan dilepas, mekanisme divestasi, implikasi bagi GoTo dan Grab, tantangan yang dihadapi, serta prospek pasca-merger bagi ekosistem superapp di Asia Tenggara.
Latar Belakang Rencana Merger Grab dan GoTo
Sejak pertengahan 2025, rumor akuisisi GoTo oleh Grab telah menjadi wacana utama di industri digital Asia Tenggara. Kedua superapp ini saling melengkapi dari sisi lini bisnis—Grab kuat di ride-hailing dan layanan pesan-antar makanan, sementara GoTo unggul di e-commerce dan pembayaran digital. Sinergi yang diharapkan mencakup peningkatan skala ekonomi (economies of scale), efisiensi operasional, dan perluasan basis pengguna. Namun di balik prospek menggiurkan tersebut, merger ini menghadapi berbagai tantangan regulasi, terutama terkait potensi monopoli di layanan keuangan digital. Unit finansial GoTo, yang mencakup GoPay, GoSure, dan lini kredit mikro, memegang peranan sangat besar dalam valuasi perusahaan. Karena itu, GoTo memutuskan untuk melepas unit finansial tertentu agar nilai transaksi merger dapat disetujui regulator tanpa menimbulkan kekhawatiran dominasi pasar.
Alasan Strategis Divestasi Unit Finansial
Divestasi unit finansial GoTo bertujuan menurunkan konsentrasi layanan keuangan dalam entitas gabungan, sehingga regulator tidak menilai merger sebagai langkah memperkuat monopoli di sektor fintech. Dengan melepas aset-aset finansial non-inti, GoTo dapat mempertahankan fokus pada lini bisnis e-commerce dan ride-hailing, sambil memberikan ruang bagi entitas baru untuk tumbuh secara independen. Keputusan ini juga memberikan efek positif pada neraca, di mana dana hasil divestasi dapat digunakan untuk mengurangi beban utang dan mendanai ekspansi layanan inti. Selain itu, investor institusional dan lembaga keuangan global akan menilai tindakan ini sebagai tanda manajemen yang proaktif dan bertanggung jawab, meningkatkan kepercayaan pasar terhadap prospek GoTo pasca-merger.
Profil Unit Finansial yang Akan Dilepas
Unit finansial GoTo meliputi beberapa lini usaha, antara lain dompet digital GoPay, layanan asuransi mikro GoSure, dan platform kredit mikro GoPayLater. GoPay selama ini menjadi tulang punggung transaksi digital di ekosistem GoTo, dengan jutaan pengguna aktif harian. GoSure menawarkan asuransi mikro berbasis digital, sedangkan GoPayLater memfasilitasi layanan “buy now, pay later” untuk mendukung pembelian di Tokopedia. Rencana divestasi mencakup pemindahan kepemilikan sebagian besar saham GoSure dan GoPayLater kepada mitra strategis, seperti perusahaan asuransi atau investor fintech global. GoPay sebagai flagship wallet akan dipertahankan dalam entitas gabungan, namun dengan porsi kepemilikan yang direduksi agar tidak menimbulkan dominasi layanan dompet digital di pasar.
Mekanisme dan Tahapan Divestasi
Proses divestasi direncanakan berjalan dalam beberapa tahap. Pertama, penentuan valuasi masing-masing unit bisnis melalui auditor independen. Kedua, pemilihan calon pembeli strategis lewat proses lelang tertutup, di mana perusahaan asuransi, bank digital, dan private equity dapat mengajukan penawaran. Ketiga, negosiasi finalisasi kesepakatan harga dan syarat-syarat transaksional, termasuk jaminan kelangsungan operasional unit yang dilepas. Keempat, persetujuan regulator keuangan dan persaingan usaha, seperti OJK dan KPPU, sebelum proses transfer saham dapat diselesaikan. Kelima, integrasi operasional dan transisi layanan ke mitra baru agar tidak mengganggu pengalaman pengguna. Seluruh tahap ini dirancang agar rampung sebelum penutupan merger dengan Grab pada kuartal ketiga 2025, sehingga struktur entitas baru dapat segera beroperasi sesuai target.
Implikasi bagi GoTo dan Grab
Bagi GoTo, divestasi unit finansial akan mengubah komposisi pendapatan, di mana kontribusi fintech akan berkurang secara signifikan. Namun langkah ini diprediksi mampu memperkuat margin operasi di lini e-commerce dan ride-hailing karena dana hasil divestasi dapat dialokasikan untuk investasi teknologi dan pemasaran. Bagi Grab, merger tanpa pembebanan atas unit-unit finansial kompetitor juga memudahkan integrasi sistem pembayaran dan meminimalkan konflik kepentingan dengan layanan Grab Financial Group. Sinergi platform ride-hailing dan e-commerce yang tak terbebani batasan regulasi memberi ruang bagi Grab untuk memaksimalkan cross-sell dan meningkatkan retensi pengguna. Pada akhirnya, kedua pihak dapat memanfaatkan ekosistem gabungan yang lebih optimal, menjangkau basis pelanggan luas sekaligus menjaga lingkungan persaingan yang sehat.
Tantangan dan Risiko Divestasi
Meskipun divestasi dipandang strategis, prosesnya tidak tanpa risiko. Salah satu tantangan utama adalah mencari mitra strategis yang sepemahaman dengan visi dan standar layanan GoTo, agar kualitas GoSure dan GoPayLater tetap terjaga. Risiko teknis integrasi sistem IT juga mengintai, karena perpindahan data dan infrastruktur ke mitra baru harus dilakukan tanpa gangguan layanan. Selain itu, persepsi pasar terhadap GoTo dapat terpengaruh sementara, terutama jika investor menilai divestasi sebagai indikasi melemahnya lini fintech. Keterlambatan persetujuan regulator juga dapat menunda keseluruhan jadwal merger, memengaruhi rencana synergi dan menimbulkan ketidakpastian. Untuk memitigasi hal tersebut, tim manajemen GoTo perlu melakukan komunikasi transparan dengan semua pemangku kepentingan, serta menyiapkan rencana kontinjensi untuk memastikan kelangsungan operasional unit yang dilepas.
Prospek Ekosistem Superapp Pasca-Merger
Setelah divestasi dan merger selesai, Grab–GoTo gabungan diharapkan menjadi superapp terbesar di Asia Tenggara dengan layanan end-to-end: ride-hailing, pesan-antar makanan, e-commerce, dan layanan keuangan terintegrasi. Fokus pada inovasi produk akan bergeser menuju pengembangan AI-driven personalization, voucher terpadu, dan program loyalitas lintas lini bisnis. Ekspansi regional ke negara-negara tetangga seperti Vietnam dan Filipina dapat menggunakan model yang telah diuji coba di Indonesia. Mitra bisnis, termasuk UMKM, akan menikmati jangkauan pasar yang lebih luas dan opsi pembayaran fleksibel, sementara konsumen mendapat pengalaman lebih seamless tanpa harus berganti aplikasi. Dengan struktur finansial yang sudah disesuaikan, entitas baru dapat menghadapi tantangan regulasi dan persaingan global dengan pondasi yang lebih solid.
Keputusan GoTo untuk divestasi unit finansial sebelum merger dengan Grab mencerminkan strategi cerdas dalam menyeimbangkan kepentingan pertumbuhan jangka panjang dan kepatuhan regulasi. Rencana ini akan menurunkan risiko antitrust, memberi ruang investasi pada layanan inti, dan memperkuat kepercayaan investor. Proses divestasi yang transparan dan terstruktur sangat penting agar transisi berjalan mulus tanpa mengganggu pengalaman pengguna. Bagi Grab, merger tanpa beban regulator di sektor fintech membuka peluang sinergi maksimal di seluruh lini bisnis. Setelah merger rampung, ekosistem superapp gabungan diharapkan menjadi kekuatan dominan di kawasan dengan fondasi operasional dan finansial yang sehat, sekaligus memberi manfaat luas bagi pelaku industri digital, UMKM, dan konsumen di Asia Tenggara.